Jumaat, 30 Jun 2017

Kisah Siti Khadijah

Kisah Siti Khadijah; Isteri Pertama Nabi Muhammad dan Yang Pertama Beriman

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Khadijah binti Khuwailid merupakanisteri pertama Nabi Muhammad saw. Nama lengkapnya adalahKhadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai.

Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Ia merupakan wanita as-Sabiqun al-Awwalun(golongan yang pertama masuk Islam).

Khadijahdilahirkan pada tahun 68 sebelum Hijriyah, di sebuah keluarga yang mulia dan terhormat. Dia tumbuh dalam suasana yang dipenuhi dengan perilaku terpuji.

Ulet, cerdas dan penyayang merupakan karakter khusus kepribadiannya.
Sehingga masyarakat di zaman Jahiliyahmenjulukinya sebagai At-Thahirah (seorang wanita yang suci). Selain itu, Khadijah juga berprofesi sebagai pedagang yang mempunyai modal sehingga bisa mengupah orang untuk menjalankan usahanya.

Kemudian Khadijah akan membagi keuntungan dari perolehan usaha tersebut. Rombongan dagang miliknya juga seperti umumnya rombongan dagang kaum Quraisy lainnya. 

1. Memberikan Pekerjaan Kepada Muhammad 

Lalu, suatu saat dia mendengar tentang Muhammad, sesuatu yang menarik perhatian Khadijah tentang kejujuran, amanah, dan kemuliaan akhlak beliau. Pada saat itu, Abu Thalib berkata pada keponakannya, Muhammad saw, “Aku adalah orang yang tidak mempunyai harta sedangkan kebutuhan zaman semakin hari semakin mendesak. Umur telah kita lalui dengan sia-sia tanpa ada harta dan perniagaan.

LihatlahKhadijah, dia mampu mengutus beberapa orang untuk menjalankan niaganya, sehingga mereka mendapatkan hasil dari barang yang diniagakan.

Andai engkau datang kepadanya (untuk menjalankan niaganya) dengan keutamaanmu dibandingkan yang lainnya, tentu tidak akan ada yang menyaingimu, terutama sekali dengan kesucianmu.

” Kemudian Khadijah memberikan pekerjaan kepada Rasulullah agar menjalankan barang dagangannya ke negeri Syam dengan ditemani anak bernama Maisarah.

Beliau diberi modal yang cukup besar dibandingkan lainnya. Rasulullah menerima pekerjaan tersebut dan disertai Maisarah menuju kota Syam.

Sesampainya di negeri tersebut beliau mulai menjual barang dagangannya, dan kemudian hasil dari penjualan tersebut beliau belikan barang lagi untuk dijual di Makkah.

Setelah misi dagangnya selesai, beliau bergabung dengan kafilah kembali ke Makkah bersama Maisarah.

Keuntungan yang didapatkan Rasulullah sungguh berlipat ganda, sehinggaKhadijah menambahkan bonus untuk beliau dari hasil penjualan tersebut.

2. Muhammad Menikah dengan Khadijah

Sesampainya di Makkah, Maisarah menceritakan perilaku baik Muhammad yang dilihatnya dengan mata kepala sendiri.

Khadijah merasa tertarik dengan cerita tersebut dan segera mengutusMaisarah untuk datang pada Muhammad dan menyampaikan pesannya untuk beliau.

“Wahai anak pamanku, aku senang kepadamu karena kekerabatan, kekuasaan terhadap kaummu, amanahmu, kepribadianmu yang baik, dan kejujuran perkataanmu.

” Kemudian Khadijahmenawarkan dirinya kepada Muhammad. Rasulullah menceritakan perihal ini kepada para pamannya.

Tidak lama kemudian Hamzah bin Abdul Muthalib bersama Muhammad datang pada Khuwailid bin Asad, bermaksud meminang putrinya itu untuk Muhammad. 

Kemudian Khuwailid berkata, “Dia itu kuda yang tidak dicocok hidungnya.” (Maksudnya, seorang yang mulia).

Muhammad kemudian menikahiKhadijah dan memberinya dua puluh unta muda.

Saat itu Khadijah berumur 40 tahun dan Muhammad berumur 25 tahun.

Dialah perempuan pertama yang dinikahi Nabi saw, dan beliau tidak menikah dengan siapa pun kecuali setelahKhadijah meninggal dunia.

Dari Khadijahlahirlah Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fathimah.

3. Orang Pertama Beriman pada Kenabian Muhammad

Saat menerima risalah kenabian, Khadijahmerupakan orang pertama yang percaya kepada Allah dan Rasul beserta ajaran-ajaran-Nya.

Nabi Muhammad pun tidak menghiraukan berbagai ancaman dan propaganda yang datangnya dari kaum musyrikin.

Karena disampingnya terdapat sang kekasih pilihan Allah yang dengan setia mendampingi dan memperkuat aktifitas dakwahnya, sehingga terasa ringan beban yang diemban dan ringan pula menghadapi cobaan apa pun yang dilakukan oleh kaumnya.

Setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira, Rasulullah kembali ke rumah dengan perasaan takut seraya berkata kepada Khadijah, ”Selimuti aku! Selimuti aku!” Maka Khadijah menyelimutinya hingga hilang perasaan takutnya itu.

Beliau menceritakan semua yang telah terjadi. “Aku khawatir pada diriku,” kata Rasulullah.

Khadijah menjawab, “Tidak perlu khawatir, Allah tidak akan pernah menghinakanmu, sesungguhnya engkau orang yang menjaga tali silaturrahmi, senantiasa mengemban amanah, berusaha memperoleh sesuatu yang tiada, selalu menghormati tamu dan membantu orang-orang yang berhak untuk dibantu.” 

4. Menemui Pendeta Waraqah

Khadijah mengajak suaminya menemui Waraqah bin Naufal, sepupunya yang memeluk agama Nasrani di zaman Jahiliyah dan menulis buku Injil dengan bahasa Ibrani.

“Dengarkan sepupuku, kata-kata dari keponakanmu ini!” kata Khadijah. 
“Wahai keponakanku, apa yang engkau lihat?” tanya Waraqah pada Muhammad saw.

Rasulullah menceritakan tentang apa yang telah dilihatnya.

Waraqah berkata, “Ini adalah Malaikat yang telah Allah turunkan kepada Nabi Musa. Andai aku dapat bertahan, aku berharap masih hidup ketika kaummu mengusirmu.”

Rasulullah bertanya, “Kenapa mereka mengusirku?”
“Tidak seorang pun yang datang dengan sesuatu sebagaimana yang kau emban ini kecuali dimusuhi oleh kaumnya.

Jika aku masih hidup sampai pada harimu, tentu aku akan menolongmu dengan sungguh-sungguh,” jawabnya.

Waraqah tidak sempat terlibat dalam aktifitas dakwah Nabi, karena keburu meninggal dunia dan tidak sempat mendengarkan ajaran wahyu yang diturunkan pada Muhammad SAW.

4. Isteri Yang Dicemburui 'Aisyah

Rasulullah dan Khadijah tetap berdiam di Makkah dan melakukan shalat secara rahasia dengan kehendak Allah.

Khadijah memang sangat dicintai dan dihormati oleh Rasulullah.

Beliau juga tidak pernah berselisih dengan apa yang dikatakanKhadijah pada beliau, terutama pada saat sebelum wahyu turun.

Bahkan walau Khadijahtelah tiada, Rasulullah selalu menyebut-nyebutnya dalam setiap kesempatan, dan tidak bosan-bosan memujinya.

Sehingga Aisyah, Ummul Mukminin, merasa cemburu.

Sampai suatu saat, Aisyah berkata pada Rasulullah, “Allah telah mengganti wanita tua itu.” Tentu saja Rasulullah tersinggung dengan ucapan Aisyah ini, hingga ia berkata pada dirinya, “Ya Allah, hilangkanlah perasaan marah Rasulullah terhadapku dan aku berjanji untuk tidak lagi menjelek-jelekkan Khadijah.” 

Aisyah pernah berkata, “Aku tidak pernah cemburu kepada istri-isrti Rasulullah kecuali pada Khadijah.

Walaupun aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Rasulullah sering menyebutnya setiap saat.

Ketika beliau memotong kambing, tak lupa beliau sisihkan dari sebagian daging tersebut untuk kerabat-kerabat Khadijah.

Ketika aku katakan, seakan-akan tidak ada wanita di dunia ini selain Khadijah.

Beliau berkata, sesungguhnya dia telah tiada dan dari rahimnya aku dapat keturunan.”

Aisyah berkata, “Dulu Rasulullah saw. setiap keluar rumah, hampir selalu menyebut Khadijahdan memujinya.

Pernah suatu hari beliau menyebutnya sehingga aku merasa cemburu. Aku berkata, ‘Apakah tiada orang lagi selain wanita tua itu.

Bukankah Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik?’ Lalu, Rasulullah marah hingga bergetar rambut depannya karena amarah dan berkata, ‘Tidak, demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik darinya.

Dia percaya padaku di saat semua orang ingkar, dan membenarkanku di kala orang-orang mendustakanku, menghiburku dengan hartanya ketika manusia telah mengharamkan harta untukku.

Dan Allah telah mengaruniaiku dari rahimnya beberapa anak di saat istri-istriku tidak membuahkan keturunan.’

Kemudian Aisyah berkata, ‘Aku bergumam pada diriku bahwa aku tidak akan menjelek-jelekannya lagi selamanya.”

5. Khadijah Meninggal Dunia

Khadijah, seorang tangan kanan Rasulullah yang senantiasa membantu beliau dalam menjalankan dakwah dan menyebarkan ajaran-ajarannya, meninggal pada tahun ke-3 sebelum Hijrah di kota Makkah pada usia 65 tahun.

Di saat ajal menjemputnya, Rasulullah menghampiri Khadijahsembari berkata, “Engkau pasti tidak menyukai apa yang aku lihat saat ini, sedangkan Allah telah menjadikan dalam sesuatu yang tidak engkau kehendaki itu sebagai kebaikan.” 

Saat pemakamannya, Rasulullah turun ke liang lahat dan dengan tangannya sendiri memasukkan jenazah Khadijah.

Wafatnya Khadijah merupakan musibah besar, di mana setelahnya diikuti berbagai musibah dan peristiwa yang datangnya secara beruntun.

Rasulullah SAW memikul beban dengan penuh ketabahan dan kesabaran demi mencapai ridha Allah SWT.
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.

                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ            

“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

Kisah Siti Zulaikha


Jodoh tak akan kemana, mungkin istilah ini sudah tak asing lagi bagi kita semua. Jika kita melihat keluar, sangat banyak sekali orang yang sudah saling mencintai (baca : pacaran ) dalam jangka waktu yang lama namun pada akhirnya gagal menikah padahal sudah saling berjanji, saling membangun komitmen dan orang tuapun sudah saling kenal. Namun disisi lain tak sedikit juga yang awalnya tidak saling mengenal namun Allah pertemukan dalam ikatan suci pernikahan, ya mereka berjodoh.

Jodoh tak akan kemana, kalau memang bukan jodohnya apapun dan bagaimanapun mengusahakannya Allah selalu punya cara yang indah untuk tidak mempertemukannya. Begitu pula sebaliknya, jika memang sudah berjodoh bagaimanapun jauhnya jarak, tak mengenal sekalipun Allah juga selalu punya cara yang indah untuk mempertemukannya.

Jodoh tak akan kemana, ada kisah menarik yang diabadikan dalam Al-quran yaitu dari kisah Nabi Yusuf AS. Kita akan memetik hikmah dari satu episode kehidupan Nabiyullah Yusuf AS ini yaitu kehidupan percintaannya.

****

Saat ketaatan pada Allah selalu menjadi landasan dalam mencinta

“Dan wanita (zulaikha) yang yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata ‘Marilah kesini, ‘Yusuf berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik, Sesungguhnya orang – orang zalim tiada akan beruntung.” (Q.S : Yusuf : 30)

Yusuf AS, adalah seorang pemuda yang dikenal sejarah sebagai laki-laki yang sangat tampan hingga ketampanannya ini begitu mempesona banyak wanita salah satunya adalah istri majikannya yang lebih dikenal dengan nama Zulaikha. Para ulama tafsir menyebutkan usia Yusuf AS saat tinggal di istana berkisar antara 20 – 25 tahun.

Jika ditilik dari usianya kita bisa bayangkan anak muda dengan usianya ini tentu saat-saatnya syahwat bergejolak tinggi, terlebih lagi ia hadir di negeri asing dimana statusnya disana hanya sebagai seorang budak yang diperjual belikan, status terendah dalam strata masyarakat kala itu.

Ibnu Taimiyah mengungkapkan,“Orang asing itu sulit menghindarkan diri dari perbuatan jahat” , namun ternyata tidak dengan Nabiyullah Yusuf AS, Yusuf AS mampu menolak ajakan dari zulaikha meskipun tak ada siapa-siapa di istana hanya mereka berdua serta semua pintu-pintupun sudah ditutup oleh Zulaikha, ia mampu mencegah dirinya dari ajakan maksiat dari zulaikha yang kala itu juga sangat cantik dan menarik. Saat itu Yusuf berkata “Aku berlindung kepada Allah”, dan Allahpun menjaga dirinya dari kemaksiatan, ia lolos dari ujian iman tersebut.

Cinta itu tentang pilihan, dan Yusuf AS memilih ketaatan kepada Allah SWT, ia menerima resiko atas penolakan terhadap majikannya tersebut yang dalam singkat cerita pada akhirnya Yusuf di penjara.

Jodoh tak akan kemana, Allah punya cara yang indah untuk mempertemukannya kembali

Setelah beberapa waktu Yusuf AS menjalani hukumannya di penjara, tibalah saatnya ia dibebaskan banyak kisah menarik disini bermula dari menafsirkan mimpi hingga akhirnya dipercaya menjadi bendaharawan negara dan pada akhirnya menjadi raja menggantikan suami Zulaikha ketika ia telah meninggal dunia.

Saat inilah Yusuf dan Zulaikhapun bertemu dan akhirnya menikah. Memang kisah pernikahan antara Yusuf AS dan Zulaikha ini tak dimuat dalam Al-qur’an termasuk juga dengan nama wanitanya sebagai Zulaikha juga tidak disebutkan dalam Al-quran. Namun melalui Ulama tafsir salah satunya adalah Imam ath-Thabari meriwayatkan dari Muhammad bin Ishaq mencatatkan ada dialog romantis antara Yusuf AS dan Zulaikha tatkala mereka telah menikah.

“Bukankah kesempatan seperti ini lebih baik dan terhormat daripada pertemuan kita dahulu ketika engkau menggebu-gebu melampiaskan hasratmu”.

Lalu Ra’il menjawab dengan jawaban diplomatis dan romantis,

“Wahai orang yang terpercaya, janganlah engkau memojokkanku dengan ucapanmu itu, ketika kita bertemu dulu jujur dan akuilah bahwa di matamu akupun cantik dan mempesona, hidup mapan dengan gelar kerajaan dan segalanya aku punya, namun ketika itu aku tersiksa karena suamiku tidak mau menjamah perempuan manapun termasuk aku, lantas akupun mengakui dengan sepenuh hatiku akan karunia Allah yang diberikan atas ketampanan dan keperkasaan dirimu.”

Nabi Yusuf mendapatkan bahwa Ra’il (Zulaikha) masih perawan. Mereka menikah dan dikaruniai dua orang anak laki laki, Afra’im (Efraim) dan Misya (Manasye). Sebab ia tak pernah di jamaah oleh Al-Aziz suaminya semenjak ia menikah.

***

Jodoh tak akan kemana, kalau memang sudah Allah catatkan berjodoh yakinlah suatu saat cepat atau lambat Allah akan pertemukan dengan caranya.

Penting pemahaman ini menjadi renungan untuk kita bersama terlebih bagi mereka yang masih sendiri dan dalam masa-masa menanti, kita bisa saksikan entah berapa banyak laki-laki dan wanita yang mengorbankan ketaatannya pada Allah SWT dengan alasan cinta, takut kehilangan jodohnya, takut jodohnya diambil orang dan seabrek alasan klise lainnya.

Yusuf AS mengajarkan kita bagaimana semestinya dalam mencintai, tak ada larangan kita mencintai manusia dan lawan jenis akan tetapi perlu diingat jangan sampai cinta kita pada lawan jenis menodai ketaatan kita pada Allah SWT, selalu jadikan Allah yang pertama dan Allah yang utama InsyaAllah disana kita akan bersua dengan bahagia.

Rabu, 14 Jun 2017

7 Keistimewaan Lailatul Qadar

7 Keistimewaan Lailatul Qadar
ﺑِﺴۡـــــــــﻢِ ﭐﻟﻠﻪِ ﭐﻟﺮَّﺣۡـﻤَـٰﻦِ ﭐﻟﺮَّﺣِـــــــﻴﻢِ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺤَﻤَّﺪ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ
.
Setiap umat Islam pasti teringin bertemu ‘Lailatul Qadar’ iaitu malam penuh rahmat dan kemuliaan. Malam yang mempunyai 7 keistimewaan ini begitu utama dari malam-malam yang lain kerana ia hanya boleh ditemui setahun sekali sahaja iaitu pada salah satu daripada 10 malam terakhir Ramadhan .
Perkara itu dijelaskan dalam firman Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ :
ﺇِﻧَّﺎ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔِ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ﴿١﴾ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺩْﺭَﺍﻙَ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﻠَﺔُ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ﴿٢
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada Malam Al-Qadar. Tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu?”
(Surah Al-Qadar; Ayat 1 – 2)
.
.
7 Keistimewaan Lailatul Qadar tersebut adalah:~
.
1. Waktu Diturunkan Al-Quran
.
Lailatul Qadar menunjukkan keistimewaan kerana pada malam inilah Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ menurunkan kitab suci utama iaitu Al-Quranul Karim.
.
Ibnu ‘Abbas dan selainnya mengatakan, “Allah menurunkan Al-Quran secara keseluruhan sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul’ Izzah yang ada di langit dunia. Kemudian Allah menurunkan Al-Quran kepada Rasulullah ﷺ tersebut secara beransur-ansur sesuai dengan peristiwa dan kejadian yang berlaku sepanjang 23 tahun.”
.
.
2. Lebih Baik Dari 1000 Bulan
.
Keutamaan Lailatul Qadar sungguh luar biasa kerana malam ini lebih baik dari 1000 bulan dan bersamaan dengan 83 tahun.
Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ berfirman;
ﻟَﻴْﻠَﺔُ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ
“Malam Lailatul-Qadar (Malam Kemuliaan) itu lebih baik dari seribu bulan.”
(Surah Al-Qadar; Ayat 3)
.
An Nakha’I dalam ‘Latha-if Al Ma’arif’ menyatakan,
“Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahawa yang dimaksudkan dengan lebih baik dari seribu bulan adalah solat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari solat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar. (Zaadul Masiir).
.
.
3. Malam Penuh Keberkatan
.
Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkatan berdasarkan firman Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ,
ﺇِﻧَّﺎ ﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ ﻣُﺒَﺎﺭَﻛَﺔٍ ﺇِﻧَّﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻣُﻨْﺬِﺭِﻳﻦَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkati dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.”
(Surah Ad Dukhan; Ayat 3)
.
‘Malam penuh berkat’ ini adalah malam ‘Lailatul Qadar’ dan ini juga menunjukkan keistimewaan malam tersebut. Ramai malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar kerana banyaknya keberkatan pada malam tersebut dan turunnya malaikat menandakan melimpahnya berkat dan rahmat.
.
.
4. Turunnya Jibril Dan Para Malaikat
.
Keistimewaan Lailatul Qadar diiringi juga dengan turunnya para malaikat yang diketuai oleh ‘Ar Ruuh’ iaitu malaikat Jibril pada malam al-Qadr dalam suatu angkatan yang besar, penuh gilang-gemilang untuk memberi taufik dan hidayah kepada orang berpuasa dengan seikhlas hati.
Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ berfirman,
ﺗَﻨَﺰَّﻝُ ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔُ ﻭَﺍﻟﺮُّﻭﺡُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺑِﺈِﺫْﻥِ ﺭَﺑِّﻬِﻢ
“Pada Malam itu, turun para malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka.”
(Surah Al-Qadar; Ayat 4)
.
Keistimewaan ‘Ar Ruuh’ atau Malaikat Jibril yang disebut dalam ayat di atas adalah bagi menunjukkan kemuliaan (keutamaan) malaikat tersebut.
Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al-Quran, mereka juga akan mengelilingi orang-orang yang berada dalam majlis zikir dan majlis ilmu. Para malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu kerana malaikat sangat mengagungkan mereka. (Tafsir Al-Quran Al ‘Azhim, 14: 407)
.
.
5. Malam Kesejahteraan
.
Lailatul Qadar disifatkan sebagai keutamaan luar biasa dan kesejahteraan kerana pada malam itu malaikat turun untuk mengucapkan “Salam Sejahtera” kepada seluruh penduduk bumi.
Firman Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ;
ﺳَﻠَﺎﻡٌ ﻫِﻲَ ﺣَﺘَّﻰ ﻣَﻄْﻠَﻊِ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮ
“Sejahteralah Malam (yang penuh berkat) itu hingga terbit fajar!”
(Surah Al-Qadar; Ayat 5)
.
Mujahid menyatakan, “Malam tersebut penuh keselamatan di mana syaitan tidak dapat berbuat apa-apa di malam tersebut, baik berbuat buruk atau mengganggu yang lain.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim). Juga boleh membawa makna bahawa malam tersebut, banyak yang terselamat dari hukuman dan seksaan kerana mereka melakukan ketaatan pada Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ (pada malam tersebut).
.
.
6. Dicatatkan Takdir Tahunan
.
Lailatul Qadar adalah malam penulisan dan dicatatkan takdir tahunan. Imam Nawawi rahimahullah dalam ‘Syarh Muslim’ bahawa catatan takdir tahunan tersebut tentu saja didahului oleh ilmu dan penulisan Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ . Takdir ini nantinya akan diperlihatkan kepada malaikat dan ia akan mengetahui yang akan terjadi dan mereka akan melaksanakan tugas yang diperintahkan untuknya.
.
Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ berfirman,
ﻓِﻴﻬَﺎ ﻳُﻔْﺮَﻕُ ﻛُﻞُّ ﺃَﻣْﺮٍ ﺣَﻜِﻴﻢٍ
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”
(Surah Ad Dukhan ; Ayat 4)
.
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menerangkan bahawa pada Lailatul Qadar akan diperhalusi di Lauhul Mahfuzh mengenai penulisan takdir dalam setahun, juga akan dicatat ajal maut dan rezeki. Dan turut juga akan dicatat segala sesuatu hingga akhir dalam setahun. Demikian juga diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar, Abu Malik, Mujahid, Adh Dhahhak dan ulama salaf lainnya.
.
Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ berfirman,
ﻳَﻤْﺤُﻮﺍ۟ ﭐﻟﻠَّﻪُ ﻣَﺎ ﻳَﺸَﺂﺀُ ﻭَﻳُﺜْﺒِﺖُ ۖ ﻭَﻋِﻨﺪَﻩُۥٓ ﺃُﻡُّ ﭐﻟْﻜِﺘَٰﺐِ
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Umulkitab (Lohmahfuz).”
(Surah Ar Ra’d; Ayat 39)
.
.
7. Dosa Diampunkan
.
Dosa setiap orang yang menghidupkan malam
‘Lailatul Qadar’ akan diampunkan oleh Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ .
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda,
ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻡَ ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ﺇِﻳﻤَﺎﻧًﺎ ﻭَﺍﺣْﺘِﺴَﺎﺑًﺎ ﻏُﻔِﺮَ ﻟَﻪُ ﻣَﺎ ﺗَﻘَﺪَّﻡَ ﻣِﻦْ ﺫَﻧْﺒِﻪِ
“Sesiapa melaksanakan solat pada malam lailatul qadar kerana iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampunkan.”
(Hadis Riwayat Bukhari r.a.)
.
Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan bahawa yang dimaksudkan ‘iimaanan’ (kerana iman) adalah membenarkan janji Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ iaitu pahala yang diberikan kepada orang yang menghidupkan malam tersebut. Manakala ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala dari sisi Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ , bukan kerana mengharap selainnya seperti berbuat riyak. (Fathul Bari)
.
.
‘Lailatul Qadar’ juga dikenali dengan nama ‘Lailatul Syaraf’ bermaksud malam kemuliaan atau ‘Lailatul Tajalli’ yang bermakna malam Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ melimpahkan cahaya dan hidayahNya kepada orang berpuasa dan beribadat pada sebelah malamnya.
Orang yang beribadah sepanjang tahun tentu lebih cerah dan mudah mendapatkan 7 keistimewaan dan kemuliaan malam tersebut kerana ibadahnya bersifat kekal, tetap, ikhlas dan konsisten berbanding dengan orang yang beribadah jarang-jarang.
“Ya Allah! Mudahkanlah bagi kami meraih keistimewaan Lailatul Qadar di hari-hari terakhir bulan Ramadhan tahun ini dengan kami berupaya mengisinya dengan seikhlas hati bersolat, berzikir dan beramal soleh tanpa rasa mengantuk.”
Aaminnn Yaa Rabbal Alamin…
.
.
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ ﺑﺎﻟﺼﻮﺍﺏ
Wallahu A’lam Bish Shawab
(Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang benar)